Lafadzallahumma inna nas aluka salamatan fiddin artinya adalah "ya allah, sesungguhnya kami memohon kepada engkau akan keselamatan". "allaahumma innaa nas'aluka salaamatan fiddiin.". Doa ini sebenarnya bukan doa yang ma'tsur dari rasulullah shallallahu alaihi wa . ูขูฅ ุฑุจูŠุน ุงู„ุฃูˆู„ ูกูคูคูฃ ู‡ู€. ูกูฅ ุฑุจูŠุน ุงู„ุขุฎุฑ ูกูคูคูก ู‡ู€. Fast Money. Assalamuโ€™alaikum ALHAMDULILLAH, WA SHALATU WA SALAMU ALA RASULILAAH Ustad Sigit yang selalu dirahmati ALLAH, Ada 2 hal yang menjadi pertanyaan saya, yaitu 1. Dalam sebuah lagu yang dibawakan oleh RAIHAN, disebutkan bahwa Rasul SAW , dibangkitkan dari golongan tihamah. Apa arti dan maksud dari tihamah ini ustad ? 2. Dalam sebuah buku, saya pernah membaca istilah, yaitu ghoiru maโ€™tsur, dalam buku itu ditulis ghoiru maโ€™tsur adalah doa-doa yang tidak diajarkan oleh Rasulullah SAW. Apakah seluruh doa yang kita panjatkan kepada ALLAH SWT harus pernah diajarkan oleh Rasul SAW ? Bagaimana status doa kita yang mungkin berbeda โ€œkeinginanโ€ dan โ€œkebutuhanโ€ dengan Rasul SAW, sehingga doa tsb tidak pernah diajarkan dan dipanjatkan Rasul SAW. Demikian pertanyaan saya, mohon maaf kalau pertanyaannya tergolong pertanyaan awam, semoga ustad berkenan untuk membahasnya. Abu ABis Jawaban Waalaikumussalam Wr Wb Penjelasan tentang Tihamah Abul Mundzir mengatakan bahwa tihamah adalah daerah sepanjang pantai termasuk didalamnya adalah Mekah. Dia berkata sedangkan Hijaz adalah daerah yang memisahkan antara tihamah dan arudh Mekah, Madinah dan sekitarnya, pen. Al Madini mengatakan bahwa Tihamah adalah daerah dari Yaman terus hingga ke pedalaman dan Mekah termasuk kedalam tihamah. Dinamakan tihamah dikarenakan panasnya yang sangat terik dan anginnya yang tidak berhembus. Apabila dikatakan tahimal hurr jika panas itu sangat terik. Dan dikatakan tihmah apabila terjadi perubahan udaranya dan jika dikatakan tahima ad duhn apabila terjadi perubahan baunya lemak Muโ€™jamul Buldan juz I hal 440 Asy Syaukani mengatakan bahwa yang dimaksud dengan โ€œdari penduduk Tihamahโ€ adalah Mekah dan sekitarnya. Kata itu berasal dari at tiham yaitu panas yang sangat terik dan angin yang tidak berhembus. Dengan demikian yang dimaksud dengan tihamah adalah Mekah, tempat dilahirkan serta diutusnya Nabi Muhammad saw. Sebagaimana diketahui bahwa beliau saw dilahirkan di keluarga Bani Hasyim di Mekah pada hari senin tanggal 9 Rabiul Awwal pada permulaan tahun gajah, dan empat puluh tahun setelah kekuasaan Kisra Anusyirwan atau bertepatan dengan tanggal 20 atau 22 April tahun 571 M berdasarkan penelitian ulama terkenal, Muhammad Sulaiman al Manshurfury dan peneliti astronomi, Mahmud Basya, demikianlah disebutkan Syeikh Shafiyurrahman al Mubarakhfury dialam kitabnya ar Rahiqul Makhtum hal 35. Adapun diutusnya beliau sebagai seorang rasul setelah ber-tahannuts yaitu menyendiri untuk beribadah dan memikirkan kebesaran Sang Pencipta alam semesta yang luar biasa ini di Gua Hira di Jabal Nur yang berjarak lebih kurang dua mil dari Mekah dan pada saat itu usia beliau adalah 40 tahun. Doa Maโ€™tsur dan Ghoiru Matโ€™sur Apabila dikatakan al utsroh, ats tsuโ€™tsuroh dan ats-tsaโ€™tsuur maka semuanya bermakna tanda-tanda yang dijadikan oleh orang-orang arab di perut onta. Apabila dikatakan atsartul baโ€™iir artinya matsur diberi tanda. Pen Dan apabila dikatakan hadits maโ€™tsur maka ia adalah hadits yang diberitakan oleh manusia sebagian mereka kepada sebagian yang lain yaitu orang-orang yang datang belakangan mentransfernya dari orang-orang yang datang sebelumnya. Jika dikatakan ats-tsartul hadits maka ia adalah maโ€™tsur. Lisanul Arab juz IV hal 5 Dari makna bahasa itu kita bisa simpulkan bahwa doa yang matsur adalah doa yang merupakan warisan atau peninggalan dari Nabi Muhammad saw atau yang diajarkan oleh beliau saw, sebaliknya dengan makna ghoiru matsur. Jumhur fuqoha berpendapat bahwa dibolehkan pada setiap doa baik untuk kepentingan duniawi maupun ukhrowi akherat namun berdoa dengan yang maโ€™tsur lebih utama daripada berdoa dengan yang ghoiru matโ€™sur. al Mausuโ€™ah al Fiqhiyah juz II hal 7161 Dibolehkannya berdoa dengan yang ghoiru maโ€™tsur selama tidak berdoa dengan kemaksiatan atau memutuskan silaturahim berdasarkan hadits Nabi saw yang diriwayatkan dari Abu Hurairoh bahwasanya Nabi saw bersabda,โ€Doa-doa seorang hamba akan selalu dikabulkan selama ia tidak berdoa dengan dosa atau memutuskan silaturahim dan tidak tergesa-gesa.โ€™ Lalu beliau saw ditanya,โ€™Wahai Rasulullah apa yang dimaksud dengan tergesa-gesa.โ€™ Beliau saw menjawab,โ€™orang yang berkata bahwa aku telah berdoa, aku telah berdoa namun aku tidak melihat Allah mengabulkan doaku lalu ia meninggalkan berdoa.โ€ HR. Muslim Wallahu Aโ€™lam sumber This entry was posted on Mei 26, 2009 at 303 am and is filed under Tanya Jawab with tags You can follow any responses to this entry through the RSS feed. You can leave a response, or trackback from your own site. Jika seseorang berdoa dalam shalat -misal ketika sujud atau saat tasyahud akhir sebelum salam- di mana doa tersebut dibuat-buat sendiri dengan selain bahasa Arab, seperti itu tidak dibolehkan bahkan shalatnya pendapat dalam madzhab Syafiโ€™i. Oleh karena itu, baiknya memang doa dalam shalat adalah doa yang maโ€™tsur yang berasal dari Al Quran dan As Sunnah, itu lebih penjelasan dari Imam Nawawi rahimahullah di mana beliau bagi menjadi dua pembahasan yaitu hukum untuk doa maโ€™tsur yang ada nash dari Al Quran dan As Sunnah dan hukum untuk doa yang tidak maโ€™tsur. Beliau rahimahullah berkata,Adapun jika doanya itu maโ€™tsur berasal dari Al Quran dan As Sunnah, maka ada tiga pendapat dalam masalah ini di kalangan ulama Syafiโ€™ pertama, bagi yang tidak mampu berbahasa Arab, maka ia boleh membaca terjemah dari doa tersebut. Namun bagi yang mampu berbahasa Arab, tidak dibolehkan baginya membaca terjemahnya. Jika ia mampu berbahasa Arab dan tetap memakai terjemah, shalatnya kedua, boleh membaca terjemah bagi yang bisa berbahasa Arab ataukah ketiga, tidak dibolehkan membaca terjemah baik yang mampu berbahasa Arab ataukah tidak karena pada saat itu tidak disebut darurat.[Untuk doa yang tidak maโ€™tsur]Untuk doa yang tidak maโ€™tsur tidak berasal dari Al Quran dan As Sunnah dengan selain bahasa Arab, maka tidak dibolehkan dan ini tidak ada khilaf dalam madzhab Syafiโ€™i dan shalatnya bahkan menjadi batal. Hal ini berbeda jika seseorang membuat-buat doa dengan bahasa Arab, maka seperti itu dibolehkan dalam madzhab Syafiโ€™i tanpa ada khilaf. Al Majmuโ€™, 3 181.Salah seorang ulama Syafiโ€™iyah, Muhammad bin Al Khotib Asy Syarbini rahimahullah berkata,ููŽุฅูู†ูŽู‘ ุงู„ู’ุฎูู„ูŽุงููŽ ุงู„ู’ู…ูŽุฐู’ูƒููˆุฑูŽ ู…ูŽุญูŽู„ูู‘ู‡ู ูููŠ ุงู„ู’ู…ูŽุฃู’ุซููˆุฑู .ุฃูŽู…ูŽู‘ุง ุบูŽูŠู’ุฑู ุงู„ู’ู…ูŽุฃู’ุซููˆุฑู ุจูุฃูŽู†ู’ ุงุฎู’ุชูŽุฑูŽุนูŽ ุฏูุนูŽุงุกู‹ ุฃูŽูˆู’ ุฐููƒู’ุฑู‹ุง ุจูุงู„ู’ุนูŽุฌูŽู…ููŠูŽู‘ุฉู ูููŠ ุงู„ุตูŽู‘ู„ูŽุงุฉู ููŽู„ูŽุง ูŠูŽุฌููˆุฒู ูƒูŽู…ูŽุง ู†ูŽู‚ูŽู„ูŽู‡ู ุงู„ุฑูŽู‘ุงููุนููŠูู‘ ุนูŽู†ู’ ุงู„ู’ุฅูู…ูŽุงู…ู ุชูŽุตู’ุฑููŠุญู‹ุง ูููŠ ุงู„ู’ุฃููˆู„ูŽู‰ ุŒ ูˆูŽุงู‚ู’ุชูŽุตูŽุฑูŽ ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ูŽุง ูููŠ ุงู„ุฑูŽู‘ูˆู’ุถูŽุฉู ูˆูŽุฅูุดู’ุนูŽุงุฑู‹ุง ูููŠ ุงู„ุซูŽู‘ุงู†ููŠูŽุฉู ุŒ ูˆูŽุชูŽุจู’ุทูู„ู ุจูู‡ู ุตูŽู„ูŽุงุชูู‡ู .โ€œPerbedaan pendapat yang terjadi adalah pada doa maโ€™tsur. Adapun doa yang tidak maโ€™tsur tidak berasal dalil dari Al Quran dan As Sunnah, maka tidak boleh doa atau dzikir tersebut dibuat-buat dengan selain bahasa Arab lalu dibaca di dalam shalat. Seperti itu tidak dibolehkan sebagaimana dinukilkan oleh Ar Rofiโ€™i dari Imam Syafiโ€™i sebagai penegasan dari yang pertama. Sedangkan dalam kitab Ar Roudhoh diringkas untuk yang kedua. Juga membaca doa seperti itu dengan selain bahasa Arab mengakibatkan shalatnya batal.โ€ Mughnil Muhtaj, 1 273.Jadi berdasarkan pendapat dalam madzhab Syafiโ€™i, berdoa dengan selain bahasa Arab tidak dibolehkan dan membuat shalat menjadi penting yang patut dibaca1- Adakah anjuran memperlama sujud terakhir untuk berdoa?2- Hukum berdoa dengan bahasa non Doa dengan bahasa sendiri dalam Bolehkah ketika sujud membaca doa yang asalnya dari Al Quran?Semoga bermanfaat. Hanya Allah yang memberi taufik. Bolehkah berdoa dengan selain doa yang maโ€™tsur yang datang dari Al-Quran dan hadits dan dengan selain Bahasa Arab? Boleh bagi seseorang berdoa di dalam shalatnya dengan doa selain yang datang dari Al-Quran dan hadits, hal ini berdasarkan Hadits Abdullah bin Masโ€™ud diatas. al-Qostholani rahimahullah berkata ุซู… ู„ูŠุชุฎูŠุฑ ู…ู† ุงู„ุฏุนุงุก ุฃุนุฌุจู‡ุŒ ุดุงู…ู„ ู„ูƒู„ ุฏุนุงุก ู…ุฃุซูˆุฑ ูˆุบูŠุฑู‡ โ€œSabda Nabi โ€œKemudian hendaknya ia memilih dari doa yang ia sukaiโ€ mencakup seluruh doa yang maโ€™tsur dan selainnya.โ€ [1] Namun jika doanya selain maโ€™tsuur, dalam artian doa dibuat sendiri, maka apakah boleh dengan selain bahasa Arab? Ada khilaf di kalangan para ulama akan hal ini. Pertama Tidak boleh dan batal shalatnya. Ini adalah pendapat ulama syafiรญyyah, sebagaimana dinukil oleh An-Nawawi[2]. Demikian juga ulama Hanafiyah memandang hukumnya haram. [3] Kedua Hukumnya haram kalau tidak diketahui makna penujukannya, dan boleh kalau diketahui maknanya dan penujukannya. Ini adalah pendapat Al-Laqooni dari ulama Malikiyah. [4] Ketiga Hukumnya boleh, dan ini adalah pendapat yang dipahami dari perkatan Ibnu Taimiyyah [5] Dan pendapat ketiga yaitu bolehnya itulah pendapat yang terkuat, karena tidak ada dalil yang menunjukan keharamannya, sementara dalil datang dengan menujukan bolehnya berdoa secara bebas, sebagaimana dalam sabda Nabi ุซูู…ู‘ูŽ ูŠูŽุชูŽุฎูŽูŠู‘ูŽุฑู ู…ูู†ูŽ ุงู„ุฏู‘ูุนูŽุงุกู ุฃูŽุนู’ุฌูŽุจูŽู‡ู ุฅูู„ูŽูŠู’ู‡ูุŒ ููŽูŠูŽุฏู’ุนููˆ โ€œKemudian ia memilih dari doa yang ia sukai, kemudian ia berdoa dengannya.โ€ [6] Dan inilah pendapat yang dipilih oleh para ulama al-Lajnah ad-Daaimah. Mereka berkata ูˆูŽูŠูŽุฏู’ุนููˆ ุงู„ู„ู‡ูŽ ุชูŽุนูŽุงู„ู‰ ูููŠ ุตูŽู„ุงูŽุชูู‡ู ูˆูŽูููŠ ุบูŽูŠู’ุฑู ุตูŽู„ุงูŽุชูู‡ู ุจูุงู„ู„ู‘ูุบูŽุฉู ุงู„ู’ุนูŽุฑูŽุจููŠู‘ูŽุฉู ูˆูŽุจูุบูŽูŠู’ุฑูู‡ูŽุง ู…ูู†ูŽ ุงู„ู„ู‘ูุบูŽุงุชู ุนูŽู„ูŽู‰ ุญูŽุณูŽุจู ู…ูŽุง ูŠูŽุชูŽูŠูŽุณู‘ูŽุฑู ู„ูŽู‡ูุŒ ูˆูŽู„ุงูŽ ุชูŽุจู’ุทูู„ู ุตูŽู„ุงูŽุชูู‡ู ุฅูุฐูŽุง ุฏูŽุนูŽุง ูููŠู’ู‡ูŽุง ุจูุบูŽูŠู’ุฑู ุงู„ู„ู‘ูุบูŽุฉู ุงู„ู’ุนูŽุฑูŽุจููŠู‘ูŽุฉูุŒ ูˆูŽูŠูŽู†ู’ุจูŽุบููŠ ู„ูŽู‡ู ุฅูุฐูŽุง ุฏูŽุนูŽุง ูููŠ ุตูŽู„ุงูŽุชูู‡ู ุฃูŽู†ู’ ูŠูŽุชูŽุญูŽุฑู‘ูŽู‰ ู…ูŽุง ุซูŽุจูŽุชูŽ ุนูŽู†ู ุงู„ู†ู‘ูŽุจููŠู‘ู ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽ ู…ูู†ู’ ุฃูŽุฏู’ุนููŠูŽุฉู ูููŠ ุงู„ุตู‘ูŽู„ุงูŽุฉูุŒ ูˆูŽุฃูŽู†ู’ ูŠูŽุฌู’ุนูŽู„ูŽู‡ูŽุง ูููŠ ู…ูŽูˆูŽุงุถูุนูู‡ูŽุง ู…ูู†ู’ู‡ูŽุง ู…ูู‚ู’ุชูŽุฏููŠู‹ุง ูููŠ ุฐูŽู„ููƒูŽ ุจูู‡ูŽุฏู’ูŠู ุงู„ู†ู‘ูŽุจููŠู‘ู ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽ โ€œDan seseorang berdoa kepada Allah di dalam shalatnya dan di luar shalatnya dengan menggunakan bahasa Arab atau selain bahasa Arab, sesuai dengan keadaan yang paling mudah menurut dia. Dan ini tidaklah membatalkan shalatnya, ketika dia berdoa dengan selain bahasa Arab. Namun, ketika dia hendak berdoa dalam shalat, selayaknya dia mencari doa yang terdapat dalam hadis yang sahih dari Nabi shallallahu alaihi wa sallam berupa doa-doa di dalam shalat.โ€ [7] Dapatkan Informasi Seputar Shalat di Daftar Isi Panduan Tata Cara Sholat Lengkap Karya Ustadz DR. Firanda Andirja, Lc. MA. _______________________ [1] Irsyaadus Saary li Syarhi Shohih A-Bukhory 2/133 [2] Adapun berdoa dengan selain Bahasa Arab maka dalam madzhab Syafiโ€™i terdapat perincian, untuk doa yang maโ€™tsur dan doa yang bukan maโ€™tsur, adapun yang maโ€™tsur maka bagi yang tidak mampu berbahasa Arab maka boleh baginya berdoa dengan selain Bahasa arab dengan terjemahnya. Adapun yang bukan maโ€™tsur mengarang doa sendiri, maka jika mengarangnya dengan bahasa Arab maka boleh dibaca di sholat. Adapun jika mengarangnya dengan bahasa selain bahasa Arab maka tidak diperbolehkan bahkan bisa membatalkan shalat. An-Nawawi berkata ูููŠ ุจูŽูŠูŽุงู†ู ู…ูŽุง ูŠูุชูŽุฑู’ุฌูู…ู ุนูŽู†ู’ู‡ู ุจุงู„ุนุฌู…ุฉ ูˆู…ุง ู„ุง ูŠูุชูŽุฑู’ุฌูู…ู ุฃูŽู…ู‘ูŽุง ุงู„ู’ููŽุงุชูุญูŽุฉู ูˆูŽุบูŽูŠู’ุฑูู‡ูŽุง ู…ูู†ู’ ุงู„ู’ู‚ูุฑู’ุขู†ู ููŽู„ูŽุง ูŠูŽุฌููˆุฒู ุชูŽุฑู’ุฌูŽู…ูŽุชูู‡ู ุจูุงู„ู’ุนูŽุฌูŽู…ููŠู‘ูŽุฉู ุจูู„ูŽุง ุฎูู„ูŽุงูู ู„ูุฃูŽู†ู‘ูŽู‡ู ูŠูุฐู’ู‡ูุจู ุงู„ู’ุฅูุนู’ุฌูŽุงุฒูŽ ุจูุฎูู„ูŽุงูู ุงู„ุชู‘ูŽูƒู’ุจููŠุฑู ูˆูŽุบูŽูŠู’ุฑูู‡ู ููŽุฅูู†ู‘ูŽู‡ู ู„ูŽุง ุฅุนู’ุฌูŽุงุฒูŽ ูููŠู‡ู ูˆูŽุฃูŽู…ู‘ูŽุง ุชูŽูƒู’ุจููŠุฑูŽุฉู ุงู„ู’ุฅูุญู’ุฑูŽุงู…ู ูˆูŽุงู„ุชู‘ูŽุดูŽู‡ู‘ูุฏู ุงู„ู’ุฃูŽุฎููŠุฑู ูˆูŽุงู„ุตู‘ูŽู„ูŽุงุฉู ุนูŽู„ูŽู‰ ุฑูŽุณููˆู„ู ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽ ูููŠู‡ู ูˆูŽุนูŽู„ูŽู‰ ุงู„ู’ุขู„ู ุฅุฐูŽุง ุฃูŽูˆู’ุฌูŽุจู’ู†ูŽุงู‡ูŽุง ููŽูŠูŽุฌููˆุฒู ุชูŽุฑู’ุฌูŽู…ูŽุชูู‡ูŽุง ู„ูู„ู’ุนูŽุงุฌูุฒู ุนูŽู†ู’ ุงู„ู’ุนูŽุฑูŽุจููŠู‘ูŽุฉู ูˆูŽู„ูŽุง ูŠูŽุฌููˆุฒู ู„ูู„ู’ู‚ูŽุงุฏูุฑู ูˆูŽุฃูŽู…ู‘ูŽุง ู…ูŽุง ุนูŽุฏูŽุง ุงู„ู’ุฃูŽู„ู’ููŽุงุธู ุงู„ู’ูˆูŽุงุฌูุจูŽุฉู ููŽู‚ูุณู’ู…ูŽุงู†ู ุฏูุนูŽุงุกูŒ ูˆูŽุบูŽูŠู’ุฑูู‡ู ุฃูŽู…ู‘ูŽุง ุงู„ุฏู‘ูุนูŽุงุกู ุงู„ู’ู…ูŽุฃู’ุซููˆุฑู ููŽูููŠู‡ู ุซูŽู„ูŽุงุซูŽุฉู ุฃูŽูˆู’ุฌูู‡ู ุฃูŽุตูŽุญู‘ูู‡ูŽุง ุชูŽุฌููˆุฒู ุงู„ุชู‘ูŽุฑู’ุฌูŽู…ูŽุฉู ู„ูู„ู’ุนูŽุงุฌูุฒู ุนูŽู†ู’ ุงู„ู’ุนูŽุฑูŽุจููŠู‘ูŽุฉู ูˆูŽู„ูŽุง ุชูŽุฌููˆุฒู ู„ูู„ู’ู‚ูŽุงุฏูุฑู ููŽุฅูู†ู’ ุชูุฑู’ุฌูู…ูŽ ุจูŽุทูŽู„ูŽุชู’ ุตูŽู„ูŽุงุชูู‡ู ูˆูŽุงู„ุซู‘ูŽุงู†ููŠ ุชูŽุฌููˆุฒู ู„ูู…ูŽู†ู’ ูŠูุญู’ุณูู†ู ุงู„ู’ุนูŽุฑูŽุจููŠู‘ูŽุฉูŽ ูˆูŽุบูŽูŠู’ุฑูู‡ู ูˆูŽุงู„ุซู‘ูŽุงู„ูุซู ู„ูŽุง ุชูŽุฌููˆุฒู ู„ููˆูŽุงุญูุฏู ู…ูู†ู’ู‡ูู…ูŽุง ู„ูุนูŽุฏูŽู…ู ุงู„ุถู‘ูŽุฑููˆุฑูŽุฉู ุฅู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽู„ูŽุง ูŠูŽุฌููˆุฒู ุฃูŽู†ู’ ูŠูŽุฎู’ุชูŽุฑูุนูŽ ุฏูŽุนู’ูˆูŽุฉู‹ ุบูŽูŠู’ุฑูŽ ู…ูŽุฃู’ุซููˆุฑูŽุฉู ูˆูŽูŠูŽุฃู’ุชููŠ ุจู‡ุง ุงู„ุนุฌู…ูŠุฉ ุจูู„ูŽุง ุฎูู„ูŽุงูู ูˆูŽุชูŽุจู’ุทูู„ู ุจูู‡ูŽุง ุงู„ุตู‘ูŽู„ูŽุงุฉู ุจูุฎูู„ูŽุงูู ู…ูŽุง ู„ูŽูˆู’ ุงุฎู’ุชูŽุฑูŽุนูŽ ุฏูŽุนู’ูˆูŽุฉู‹ ุจูุงู„ู’ุนูŽุฑูŽุจููŠู‘ูŽุฉู ููŽุฅูู†ู‘ูŽู‡ู ูŠูŽุฌููˆุฒู ุนูู†ู’ุฏูŽู†ูŽุง ุจูู„ูŽุง ุฎูู„ูŽุงูู ูˆูŽุฃูŽู…ู‘ูŽุง ุณูŽุงุฆูุฑู ุงู„ู’ุฃูŽุฐู’ูƒูŽุงุฑู ูƒูŽุงู„ุชู‘ูŽุดูŽู‡ู‘ูุฏู ุงู„ู’ุฃูŽูˆู‘ูŽู„ู ูˆูŽุงู„ุตู‘ูŽู„ูŽุงุฉู ุนูŽู„ูŽู‰ ุงู„ู†ู‘ูŽุจููŠู‘ู ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽ ูููŠู‡ู ูˆูŽุงู„ู’ู‚ูู†ููˆุชู ูˆูŽุงู„ุชู‘ูŽุณู’ุจููŠุญู ูููŠ ุงู„ุฑู‘ููƒููˆุนู ูˆูŽุงู„ุณู‘ูุฌููˆุฏู ูˆูŽุชูŽูƒู’ุจููŠุฑูŽุงุชู ุงู„ูุงู†ู’ุชูู‚ูŽุงู„ูŽุงุชู ููŽุฅูู†ู’ ุฌูŽูˆู‘ูŽุฒู’ู†ูŽุง ุงู„ุฏู‘ูุนูŽุงุกูŽ ุจูุงู„ู’ุนูŽุฌูŽู…ููŠู‘ูŽุฉู ููŽู‡ูŽุฐูู‡ู ุฃูŽูˆู’ู„ูŽู‰ ูˆูŽุฅูู„ู‘ูŽุง ููŽูููŠ ุฌูŽูˆูŽุงุฒูู‡ูŽุง ู„ูู„ู’ุนูŽุงุฌูุฒู ุฃูŽูˆู’ุฌูู‡ูŒ ุฃูŽุตูŽุญู‘ูู‡ูŽุง ูŠูŽุฌููˆุฒู ูˆูŽุงู„ุซู‘ูŽุงู†ููŠ ู„ูŽุง ูˆูŽุงู„ุซู‘ูŽุงู„ูุซู ูŠูุชูŽุฑู’ุฌูู…ู ู„ูู…ูŽุง ูŠูุฌู’ุจูŽุฑู ุจูุงู„ุณู‘ูุฌููˆุฏู ุฏููˆู†ูŽ ุบูŽูŠู’ุฑูู‡ู ูˆูŽุฐูŽูƒูŽุฑูŽ ุตูŽุงุญูุจู ุงู„ู’ุญูŽุงูˆููŠ ุฃูŽู†ู‘ูŽู‡ู ุฅุฐูŽุง ู„ูŽู…ู’ ูŠูุญู’ุณูู†ู’ ุงู„ู’ุนูŽุฑูŽุจููŠู‘ูŽุฉูŽ ุฃูŽุชูŽู‰ ุจููƒูู„ู‘ู ุงู„ู’ุฃูŽุฐู’ูƒูŽุงุฑู ุจูุงู„ู’ุนูŽุฌูŽู…ููŠู‘ูŽุฉู ูˆุงู† ูƒุงู† ูŠุญุณู†ู‡ุง ุฃุชู‰ ุจูู‡ูŽุง ุจูุงู„ู’ุนูŽุฑูŽุจููŠู‘ูŽุฉู ููŽุฅูู†ู’ ุฎูŽุงู„ูŽููŽ ูˆูŽู‚ูŽุงู„ูŽู‡ูŽุง ุจูุงู„ู’ููŽุงุฑูุณููŠู‘ูŽุฉู ููŽู…ูŽุง ูƒูŽุงู†ูŽ ูˆูŽุงุฌูุจู‹ุง ูƒูŽุงู„ุชู‘ูŽุดูŽู‡ู‘ูุฏู ูˆูŽุงู„ุณู‘ูŽู„ูŽุงู…ู ู„ูŽู…ู’ ูŠูุฌู’ุฒูู‡ู ูˆูŽู…ูŽุง ูƒูŽุงู†ูŽ ุณูู†ู‘ูŽุฉู‹ ูƒูŽุงู„ุชู‘ูŽุณู’ุจููŠุญู ูˆูŽุงู„ูุงูู’ุชูุชูŽุงุญู ุฃูŽุฌู’ุฒูŽุฃูŽู‡ู ูˆูŽู‚ูŽุฏู’ ุฃูŽุณูŽุงุกูŽ โ€œTentang penjelasan apa yang boleh diterjemahkan ke dalam Bahasa non arab dan apa yang tidak boleh Adapun Al-Fatihah dan selainnya dari al-Quran maka tidak boleh diterjemahkan ke Bahasa non Arab. Tidak ada perselisihan dalam hal ini, karena hal ini dapat menghilangkan mukjizat al-Quran, berbeda dengan takbir dan yang lainnya karena tidak ada mukjizat di dalamnya. Adapun takbirotul Ihram, tasyahhud akhir, dan shalawat kepada Nabi shallallahu alaihi wasallam dan keluarganya pada tasyahhud akhir jika kita katakan hukumnya wajib, maka boleh diterjemah ke dalam bahasa selain Arab bagi orang yang tidak mampu berbahasa Arab dan tidak boleh bagi orang yang mampu berbahasa Arab. Adapun selain lafaz-lafaz yang wajib maka ada dua bagian doa dan selain doa dzikir Adapun doa yang maโ€™tsur maka ada tiga pendapat, Yang pertama, dan ini pendapat yang paling benar adalah boleh bagi orang yang tidak mampu berbahasa Arab untuk membaca dengan terjemahan, dan tidak boleh bagi orang yang mampu berbahasa Arab membaca doa tersebut dengan terjemah, jika ia membaca dengan terjemah maka shalatnya batal, Kedua boleh bagi orang yang mampu berbahasa arab dan orang yang tidak mampu, ketiga tidak boleh untuk keduanya karena tidak adanya kebutuhan yang mendesak. Adapun doa yang tidak maโ€™tsur Dan tidak boleh untuk membuat sebuah doa yang bukan maโ€™tsur dan membacanya dengan selain Bahasa Arab tanpa adanya khilaf, dan batal shalatnya dengan membaca doa yang bukan maโ€™tsur dengan selain Bahasa Arab, berbeda jika seseorang membuat doa dengan Bahasa Arab maka hal ini diperbolehkan menurut madzhab kami tanpa adanya perselisihan Adapun semua dzikir-dzikir yang lain seperti tasyahhud awal, shalawat kepada Nabi shallallahu alaihi wasallam pada tasyahhud awal, qunut, tasbih ketika rukuโ€™ dan sujud, dan takbiratul intiqal maka seandainya kita membolehkan berdoa dengan selain bahasa Arab maka dalam masalah ini lebih utama untuk dibolehkan. Jika tidak membolehkan berdoa dengan selain bahasa Arab, maka dalam pembolehannya untuk orang yang tidak mampu berbahasa arab ada beberapa pendapat. Yang paling benar adalah boleh, dan pendapat kedua tidak boleh, dan pendapat ketiga diterjemahkan untuk dizkir yang jika ditinggalkan bisa ditambal dengan sujud sahwi, adapun yang tidak bisa ditambal maka tidak boleh. Dan pengarang kita al-Hawy mengatakan jika seseorang tidak mampu berbahasa Arab maka boleh baginya untuk membaca setiap dzikir dengan selain Bahasa Arab, dan jika orang yang mampu berbahasa Arab maka harus dengan Bahasa Arab, jika ia menyelisihi dan mengucapkannya dengan Bahasa Persia, maka jika itu dzikir yang wajib seperti Tasyahhud dan salam maka shalatnya tidak sah, dan adapun jika itu adalah dzikir yang sunnah seperti tasbih dan iftitah maka shalatnya sah akan tetapi dia telah melakukan hal yang buruk.โ€ Al-Majmuโ€™ syarhul Muhadzdzab 3/299-301 [3] Ulama hanafiyyah mengatakan bahwa berdoa dengan selain Bahasa Arab maka hukumnya haram ketika didalam shalat, dan makruh ketika diluar shalat, berkata Ibnu Abidin ูˆูŽู„ูŽุง ูŠูŽุจู’ุนูุฏู ุฃูŽู†ู’ ูŠูŽูƒููˆู†ูŽ ุงู„ุฏู‘ูุนูŽุงุกู ุจูุงู„ู’ููŽุงุฑูุณููŠู‘ูŽุฉู ู…ูŽูƒู’ุฑููˆู‡ู‹ุง ุชูŽุญู’ุฑููŠู…ู‹ุง ูููŠ ุงู„ุตู‘ูŽู„ูŽุงุฉู ูˆูŽุชูŽู†ู’ุฒููŠู‡ู‹ุง ุฎูŽุงุฑูุฌูŽู‡ูŽุง โ€œSan bukanlah perkara yang salah pendapat bahwa berdoa dengan Bahasa Persia hukumnya haram di dalam shalat, dan makruh di luar shalat.โ€ Ad-Durrul Mukhtar Wa Hasyiyatu Ibni Abidin 1/521 [4] Ibnu Abidin menukilkan pendapat mereka ู‚ูŽูˆู’ู„ูู‡ู ูˆูŽุญูŽุฑูู…ูŽ ุจูุบูŽูŠู’ุฑูู‡ูŽุง ุฃูŽู‚ููˆู„ู ู†ูŽู‚ูŽู„ูŽู‡ู ูููŠ ุงู„ู†ู‘ูŽู‡ู’ุฑู ุนูŽู†ู’ ุงู„ู’ุฅูู…ูŽุงู…ู ุงู„ู’ู‚ูŽุฑูŽุงูููŠู‘ู ุงู„ู’ู…ูŽุงู„ููƒููŠู‘ู ู…ูุนูŽู„ู‘ูู„ู‹ุง ุจูุงุญู’ุชูู…ูŽุงู„ูู‡ู ุนูŽู„ูŽู‰ ู…ูŽุง ูŠูู†ูŽุงูููŠ ุงู„ุชู‘ูŽุนู’ุธููŠู…ูŽ. ุซูู…ู‘ูŽ ุฑูŽุฃูŽูŠู’ุช ุงู„ู’ุนูŽู„ู‘ูŽุงู…ูŽุฉูŽ ุงู„ู„ู‘ูŽู‚ูŽุงู†ููŠู‘ูŽ ุงู„ู’ู…ูŽุงู„ููƒููŠู‘ูŽ ู†ูŽู‚ูŽู„ูŽ ูููŠ ุดูŽุฑู’ุญูู‡ู ุงู„ู’ูƒูŽุจููŠุฑู ุนูŽู„ูŽู‰ ู…ูŽู†ู’ุธููˆู…ูŽุชูู‡ู ุงู„ู’ู…ูุณูŽู…ู‘ูŽุงุฉู ุฌูŽูˆู’ู‡ูŽุฑูŽุฉู ุงู„ุชู‘ูŽูˆู’ุญููŠุฏู ูƒูŽู„ูŽุงู…ูŽ ุงู„ู’ู‚ูŽุฑูŽุงูููŠู‘ูุŒ ูˆูŽู‚ูŽูŠู‘ูŽุฏูŽ ุงู„ู’ุฃูŽุนู’ุฌูŽู…ููŠู‘ูŽุฉูŽ ุจูุงู„ู’ู…ูŽุฌู’ู‡ููˆู„ูŽุฉู ุงู„ู’ู…ูŽุฏู’ู„ููˆู„ู ุฃูŽุฎู’ุฐู‹ุง ู…ูู†ู’ ุชูŽุนู’ู„ููŠู„ูู‡ู ุจูุฌูŽูˆูŽุงุฒู ุงุดู’ุชูู…ูŽุงู„ูู‡ูŽุง ุนูŽู„ูŽู‰ ู…ูŽุง ูŠูู†ูŽุงูููŠ ุฌูŽู„ูŽุงู„ูŽ ุงู„ุฑู‘ูุจููˆุจููŠู‘ูŽุฉูุŒ ุซูู…ู‘ูŽ ู‚ูŽุงู„ูŽ ูˆูŽุงุญู’ุชูŽุฑูŽุฒู’ู†ูŽุง ุจูุฐูŽู„ููƒูŽ ุนูŽู…ู‘ูŽุง ุฅุฐูŽุง ุนูู„ูู…ูŽ ู…ูŽุฏู’ู„ููˆู„ูู‡ูŽุงุŒ ููŽูŠูŽุฌููˆุฒู ุงุณู’ุชูุนู’ู…ูŽุงู„ูู‡ู ู…ูุทู’ู„ูŽู‚ู‹ุง ูููŠ ุงู„ุตู‘ูŽู„ูŽุงุฉู ูˆูŽุบูŽูŠู’ุฑูู‡ูŽุง โ€œdan ucapannya dan haram berdoa dengan selain Bahasa Arab aku katakan ini dinukilkan dalam kitab โ€œan-Nahrโ€ dari Imam al-Qarafy al-Maliky dengan memberikan taโ€™lil ada kemungkinan penafian terhadap keagungan Allah, kemudian aku melihat al-Allamah Al-Laqony al-Maliky menukilkan ucapan al-Qarafy dalam kitab syarahnya terhadap manzhumahnya yang bernama โ€œjauharratut tauhidโ€, dan membatasi dari maksud dengan aโ€™jamiyyah yaitu yang tidak diketahui dilalahnya, hal ini diambil dari taโ€™lilnya ada kemungkinan penafian keagungan Allah, kemudian ia berkata dan kami batasi dengan hal tersebut untuk mengecualikan dari sesuatu yang diketahui dilalahnya, maka boleh digunakan secara mutlak di dalam shalat maupun di luar shalat.โ€ Ad-Durrul Mukhtar Wa Hasyiyatu Ibni Abidin 1/521 [5] Ibnu Taimiyyah berkata ูˆูŽุงู„ุฏู‘ูุนูŽุงุกู ูŠูŽุฌููˆุฒู ุจูุงู„ู’ุนูŽุฑูŽุจููŠู‘ูŽุฉู ูˆูŽุจูุบูŽูŠู’ุฑู ุงู„ู’ุนูŽุฑูŽุจููŠู‘ูŽุฉูุŒ ูˆูŽุงูŽู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุณูุจู’ุญูŽุงู†ูŽู‡ู ูŠูŽุนู’ู„ูŽู…ู ู‚ูŽุตู’ุฏูŽ ุงู„ุฏู‘ูŽุงุนููŠ ูˆูŽู…ูุฑูŽุงุฏูŽู‡ูุŒ ูˆูŽุฅูู†ู’ ู„ูŽู…ู’ ูŠูู‚ูŽูˆู‘ูู…ู’ ู„ูุณูŽุงู†ูŽู‡ู ููŽุฅูู†ู‘ูŽู‡ู ูŠูŽุนู’ู„ูŽู…ู ุถูŽุฌููŠุฌูŽ ุงู„ู’ุฃูŽุตู’ูˆูŽุงุชู ุจูุงุฎู’ุชูู„ูŽุงูู ุงู„ู„ู‘ูุบูŽุงุชู ุนูŽู„ูŽู‰ ุชูŽู†ูŽูˆู‘ูุนู ุงู„ู’ุญูŽุงุฌูŽุงุชู. Dan berdoa boleh dengan Bahasa Arab dan selain Bahasa Arab, dan Allah Subhanahu wa Taโ€™ala Maha mengetahui tujuan dan keinginan seorang yang berdoa walaupun lidahnya tergelincir maka sesungguhnya Ia Maha mengetahui bermacam suara dengan Bahasa-bahasa yang berbeda dan dengan kebutuhan yang bermacam-macam.โ€ Al-Fatawa Al-Kubra 2/424 Meskipun perkataan beliau masih umum yang ada kemungkinan yang dimaksud adalah untuk doa yang berada diluar shalat [6] HR. Bukhori no. 835 [7] Fatawa Al-Lajnah Ad-Daimah no. 5782 24/169

doa ma tsur adalah