Toleransiberagama di Swiss tergolong baik karena masyarakatnya saling menghormati. Namun hingga saat ini belum ada tempat ibadah Muslim yang terang-terangan melakukan kegiatan agama seperti masjid-masjid di Indonesia. Iwa merasa beruntung bisa mendapatkan kesempatan untuk kuliah di luar negeri karena bisa melihat banyak hal dari sisi-sisi yang berbeda. Ia menyarankan agar mahasiswa asing jangan hanya fokus pada hal-hal akademis supaya bisa mengenal berbagai wawasan baru selama di Swiss.
Berikutadalah beberapa hal yang sayang untuk dilewatkan di Swiss: 1. CERN CERN (the European Organization for Nuclear Research) bukan hanya merupakan pelopor dalam penemuan ilmiah, tetapi juga merupakan tempat lahirnya situs internet (world wide web ) setelah diciptakan oleh ilmuwan Inggris Tim Berners-Lee pada tahun 1989. 1.7K
Jikakamu berhasil diterima bekerja di perusahaan berkaliber, biaya hidup Swiss yang tinggi tidak akan menjadi masalah. Sebagai gambaran, gaji per tahun dari guru di Swiss adalah 87,500 Swiss francs (yaitu sekitar Rp. per tahun, atau 101 juta rupiah per bulan). Lumayan banget kan?! Kualitas hidup
cash. Apa alasan utama saya ingin memiliki pengalaman kuliah di luar negeri? Sederhana, selain untuk menimba ilmu dan memperluas wawasan, saya hanya ingin merasakan hidup di dunia yang sama sekali berbeda dengan negara di mana saya dibesarkan. Awalnya, saya ingin sekali kuliah di Jerman. Itu alasan saya mengambil kursus tiga bulan bahasa Jerman di Goethe Institut Bandung pada tahun terakhir kuliah S1. Selepas lulus kuliah, saya menghabiskan berbulan-bulan mengumpulkan berbagai informasi tentang Jerman. Lalu, saya memberanikan diri untuk mendaftar ke program Master of Development Management di Ruhr-Universitat Bochum, Jerman. Namun, saya harus gigit jari karena tidak sampai enam bulan kemudian, saya mendapatkan jawaban bahwa aplikasi saya ditolak. Tidak menyerah, saya kembali mengirimkan aplikasi untuk mendaftar ke sebuah master grant di Universitat Bern, Swiss. Sempat bingung memilih jurusan kuliah, akhirnya saya menetapkan pilihan di jurusan Business Administration, supaya masih sejalan dengan gelar S1 saya, yaitu sarjana Manajemen. Lagi-lagi, ketika memperoleh jawaban, saya membaca kata ditolak’. Namun, kali ini secercah titik terang itu datang. Memang aplikasi saya ditolak, tapi setelah saya baca baik-baik, kata ditolak’ itu ditujukan untuk permohonan Master Grant. Ternyata saya tetap diterima untuk kuliah di jurusan yang dituju, meskipun harus pakai biaya sendiri. Wah, ternyata harapan untuk kuliah di Swiss belum mati! Untuk tahun ajaran 2011 itu, biaya kuliah S2 di Universitat Bern hanya 600 CHF sekitar 7 juta Rupiah per semester. Lebih murah dari beberapa kampus di Indonesia, bukan? Namun, saya sadar bahwa saya tidak lagi bisa berharap pada bantuan kedua orangtua saya untuk menanggung biaya hidup saya selama di Swiss. Maka, saya pun melamar beasiswa FCS Federal Commission of Scholarship Kedutaan Swiss untuk memperoleh pembiayaan, dan kembali gagal. Untungnya, saya diselamatkan pengalaman saya pernah bekerja sebagai asisten dosen di almamater saya di Universitas Padjadjaran dan STIE Wira Bhakti kampus kerabat ayah saya. Saya mendaftar beasiswa luar negeri Direktorat Pendidikan Tinggi Dikti, dan akhirnya memperoleh pendanaan untuk kuliah saya selama 2 tahun di Swiss. Akhirnya, pada akhir 2011, saya pun sampai di negara yang terletak di kaki pegunungan Alpen tersebut. Setelah sampai di sana, barulah saya sadar bahwa Swiss bukan salah satu negara tujuan utama mahasiswa Indonesia menimba ilmu untuk program pascasarjana. Singkatnya, jumlah total mahasiswa S2 dan S3 di Swiss mungkin masih kalah dibandingkan total mahasiswa Indonesia di London, misalnya. Namun, saya cukup bersyukur dengan keseharian di negara ini, terutama di Bern, ibukota yang tergolong kecil nan bersahaja. Kualitas hidup yang tinggi tercermin di kehidupan sehari-hari, seperti fasilitas transportasi sampai sanitasi yang lengkap serta suasana alam yang indah, dan udara bebas polusi. Fast-forward ke tahun 2013, hari terakhir saya menginjakkan kaki di Swiss. Saya akhirnya sudah menyelesaikan kuliah dan lulus dengan predikat Master of Science in Business Administration. Selama hidup di Swiss, saya juga aktif sebagai ketua Perhimpunan Pelajar Indonesia PPI Swiss dan menjadi pengurus di organisasi mahasiswa internasional AIESEC in Switzerland. Saya memang berusaha sebaik mungkin untuk mengisi hari-hari saya di negara tersebut di luar ruang kelas. Sayangnya, di Swiss juga tergolong sulit bagi kita para pelajar untuk memperoleh kerja paruh waktu. Alasan pertama karena peraturannya. Bagi pelajar yang belum enam bulan bermukim di negara ini, belum boleh bekerja. Setelah enam bulan, baru boleh kerja paruh waktu, tapi dengan batasan sekitar 20 jam per minggu. Alasan kedua, para pemberi kerja biasanya tidak akan mau memberi pekerjaan kepada mahasiswa yang tidak fasih berbahasa mereka. Saya sendiri baru mendapatkan kerja paruh waktu setelah setahun berada di Bern. Pekerjaan pertama saya adalah sebagai loper koran. Bayangkan, saya harus bangun subuh sekitar pukul 4 dini hari lalu mengendarai sepeda untuk mengedarkan koran-koran di beberapa kawasan pemukiman. Setelah pekerjaan selesai pukul barulah saya datang ke kampus untuk langsung kuliah. Alhasil, saya sering terkantuk-kantuk di ruangan kuliah. Untungnya, enam bulan kemudian saya memperoleh pekerjaan baru yang lebih baik. Saya memperoleh pekerjaan menjadi guru les bahasa di sebuah lembaga bahasa di pusat kota Bern. Hasil dari bekerja itu saya pergunakan untuk jalan-jalan ke Amsterdam dan liburan sekali ke Indonesia, hehehe. Selama dua tahun itu pula, saya mengalami berbagai macam pengalaman yang mengubah hidup saya. Mungkin, jika dibandingkan dengan pengalaman teman-teman Indonesia yang kuliah di negara-negara lain, kuliah di Swiss terbilang sama saja. Namun ada beberapa hal yang akan susah saya lupakan dari negara ini, yaitu Orang-orang Swiss sangat tepat waktu. Jangan sekali-kali terlambat jika janjian dengan orang Swiss, karena mereka sangat menghargai waktu. Bahkan dalam mengatur janji untuk hangout dan jalan-jalan biasa, mereka akan meninggalkan kita jika tidak datang tepat waktu. Saking tenangnya suasana bermasyarakat di Swiss, keributan di atas jam 10 malam dapat dilaporkan ke polisi oleh tetangga, kecuali pada hari Jumat atau Sabtu malam, karena hari esoknya libur. Yang unik, Swiss punya 4 bahasa nasional, yaitu Jerman, Prancis, Italia dan Romanisch bahasa tradisional di Swiss. Meski berjarak hanya 100 atau bahkan 50 kilometer, dua kota bisa berbeda bahasa. Ada juga kota-kota yang terbiasa menggunakan dua bahasa, seperti Fribourg dan Biel. Tidak semua orang fasih berbahasa Inggris, tapi minimal mereka pernah mempelajarinya di sekolah dan bisa mengerti perkataan kita dalam bahasa Inggris. Swiss tergolong cukup dermawan dalam memberi suaka bagi negara-negara konflik. Saya agak kaget juga melihat betapa banyak pengungsi dari Chechnya atau Eritrea di Bern. Sewaktu saya mengambil pelajaran bahasa Jerman, saya juga bersentuhan banyak dengan para pengungsi yang berharap bisa memperbaiki kehidupan mereka di Eropa. Dari semua pengalaman tinggal dan studi di Swiss tersebut, saya pun berharap bisa berbagi dengan teman-teman yang berkeinginan untuk melanjutkan pendidikan ke negara tersebut. Foto yang ditampilkan adalah foto koleksi pribadi penulis =========================================== Mahir Pradana currently works as a lecturer in Business Administration at Telkom University, Bandung. After obtaining his bachelor degree in Management Science from Universitas Padjadjaran, he pursued his master degree in Business Administration at Universitat Bern, Switzerland. While living in Switzerland, he was chosen as the chief of Perhimpunan Pelajar Indonesia PPI Swiss. Besides working on academic papers, Mahir also has a life in creative writing. His published novels are Here, After 2010, Rhapsody 2013, Blue Heaven 2014 and Sunset Holiday 2015. He also wrote about his life in Europe in a memoir called Home & Away 2014. Now, he is still searching for a PhD opportunity to get him back to Europe. Facebook Twitter LinkedIn
- Informasi mengenai universitas terbaik di Swiss bisa menjadi referensi bagi calon mahasiswa yang punya impian melanjutkan pendidikan di salah satu negara di benua Eropa ini. Tak hanya memiliki pemandangan alam yang memukau, Swiss juga memiliki kualitas pendidikan yang diakui di tingkat dalam pemeringkatan Times Higher Educations World University Rankings THE WUR 2023, sejumlah universitas di Swiss juga masuk dalam daftar universitas terbaik. Dalam melakukan pemeringkatan, THE WUR 2023 menggunakan 13 indikator kinerja yang dikelompokkan menjadi lima bidang yakni Bidang teaching pengajaran Research penelitian Citations kutipan International outlook pandangan internasional Industry income transfer pengetahuan. Baca juga 25 Universitas Terbaik di Jepang, Nomor 10 Kampusnya Jerome Polin Jika kamu punya cita-cita kuliah di Swiss, daftar universitas terbaik di Swiss berdasarkan THE WUR 2023 ini bisa juga dijadikan ETH Zurich Peringkat global =11 2. École Polytechnique Fédérale de Lausanne Peringkat global 41 3. University of Zurich Peringkat global =82 Baca juga 18 Universitas Terbaik di Indonesia Versi THE WUR 2023, Ada Incaranmu? 4. University of Bern
Kuliah di Swiss Di Swiss, edukasi merupakan kewajiban pemerintah kanton dan/atau federasi sejak pendidikan dasar yang diwajibkan sampai dengan pendidikan tersier seperti universitas, pendidikan dan pelatihan profesional. Kewajiban terhadap pendidikan diberikan kepada 26 kanton. Masing-masing kanton dan pemerintah federasi memiliki kewajibannya tersendiri untuk edukasi setelah pendidikan wajib nasional sekolah pendidikan umum, kejuruan dan pendidikan dan pelatihan profesional, dan universitas. Tiap kanton dan kotamadya menghabisnya 90% dari anggaran publik mereka di pendidikan. Fakta mengenai Swiss Swiss merupakan negara yang sangat terbuka untuk berbagai macam pendidikan. Siapapun yang memiliki kualifikasi dapat mengikuti jurusan sesuai dengan pilihannya Swiss menduduki peringkat nomor 9 dari 65 negara dalam hal standar edukasi di kalangan pelajar berusia 15 tahun menurut survey OECD/PISA Tahun akademik di Swiss dimulai sekitar bulan Agustus atau September dan akan diberlangsungkan selama dua periode yang masing-masing berdurasi 12 minggu Homeschooling atau sekolah di rumah merupakan sesuatu yang ilegal di beberapa bagian di Swiss Swiss adalah salah satu dari dua negara yang memiliki bendera berbentuk kotak Kopi di Zurich merupakan kopi termahal di dunia Swiss merupakan negara pengekspor cokelat terbesar di dunia Sistem Pendidikan di Swiss Pendidikan Dasar Pada saat seorang anak berusia sekitar enam tahun, ia diwajibkan untuk mengikuti pendidikan di sekolah dasar. Durasi pendidikan di sekolah dasar bergantung kepada kanton yang bersangkutan, yaitu sekitar empat sampai dengan enam tahun. Pada tahap ini, anak-anak tidak diklasifikasi menurut prestasinya. Pelajaran akan dihantarkan sesuai dengan bahasa yang digunakan di daerah tertentu, seperti bahasa Jerman, bahasa Perancis, bahasa Italia dan bahasa Romansh. Mata pelajaran yang diajarkan meliputi bahasa ibu, bahasa nasional kedua dan bahasa Inggris, matematika, ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial dan kesastraan sebagai contoh, geografi, sejarah, etika dan agama, seni musik dan desain, pendidikan olahraga dan kesehatan. Metode pengujian para siswa berbeda-beda di tiap kanton, namun pada umumnya, para pelajar akan menerima hasil laporan belajar mereka dua kali dalam setahun setiap akhir masa belajar rentang nilai adalah satu sampai dengan enam dengan enam berarti nilai tertinggi dan satu berarti kurang memuaskan. Terdapat pula ulangan umum pada tiap tahunnya. Dapat atau tidaknya para siswa untuk melanjutkan studi ke tingkat yang lebih tinggi bergantung kepada performa akademik mereka dalam kurun masa satu tahun, dengan tidak adanya stigma yang diberikan kepada siswa yang gagal. Sekolah Menengah Pertama Para siswa umumnya memasuki sekolah menengah pertama pada usia 11 atau 12 tahun. Sekolah menengah pertama di Swiss dikenal dengan sebutan Gymnasium atau Kantonsschule. Pendidikan di sekolah menengah pertama umumnya berlangsung selama tiga tahun, kecuali di daerah Ticino yang berbahasa Italia, dimana pendidikan sekolah menengah pertama berlangsung selama empat tahun. Performa akademik siswa pada tingkat sekolah dasar akan menentukan kelas dimana ia akan ditempatkan pada tingkat sekolah menengah pertama. Mata pelajaran yang diajarkan pada tingkat sekolah menengah pertama ialah bahasa dari daerah yang bersangkutan, bahasa nasional kedua adapun opsi untuk mempelajari bahasa nasional ketiga dan bahasa Inggris, matematika, biologi, kimia, fisika, biologi, sejarah, pendidikan kewarganegaraan, music, seni, desain seni desain visual, seni desain kain dan seni desain teknis, pendidikan olahraga dan kesehatan, ekonomi, bimbingan karier dan persiapan kejuruan. Tidak ada ujian akhir nasional atau sertifikat meninggalkan sekolah atau diploma di Swiss. Sekolah Menengah Atas Setelah mengikuti pendidikan wajib nasional selama sembilan tahun, para remaja akan melanjutkan studi mereka ke sekolah menengah atas, dimana pendidikan akan dibagi menjadi pendidikan kejuruan dan pendidikan umum. Pendidikan di sekolah menengah atas di Swiss merupakan suatu hal yang tidak diwajibkan, sekalipun 90% dari pelajar di Swiss memutuskan unutk melanjutkan studi mereka pada usia 15 atau 16 tahun. Sekolah menengah atas diatur oleh Konfederasi dan kanton, sehingga terdapat variasi dalam hal organisasi dan kurikulum di dalam negeri Swiss sendiri. Kualifikasi yang diberikan oleh para kanton di Swiss terbagi menjadi tiga tipe, yaitu Pendidikan dan pelatihan kejuruan VET Sekolah Baccalaureate Sekolah menengah atas khusus Pendidikan Tersier Pendidikan tersier meliputi universitas, termasuk universitas yang mengajarkan ilmu pengetahuan praktis dan universitas untuk pendidikan keguruan. Selain itu, terdapat pilar terpenting kedua, yaitu institusi yang menawarkan pendidikan dan pelatihan profesional. Tujuan daripada pilar ini ialah memberikan pengalaman profesional kepada masyarakat Swiss dan memampukan mereka untuk mendapatkan kualifikasi lebih, berikut dengan pendidikan yang special. Pendidikan tersier pun meliputi PET college dan federasi atau diploma tingkat lanjut federasi PET. Fakta Umum Swiss memiliki populasi juta jiwa Swiss merupakan negara dengan tingkat obesitas paling rendah di Eropa Swiss merupakan negara netral yang tidak ikut dalam PD I dan PD II Swiss memiliki tingkat pembunuhan hampir di titik nol dengan kisaran 45 orang/tahun Swiss berada di urutan ke-3 sebagai negara paling bahagia Swiss di urutan ke-1 sebagai negara paling inovatif Bank Swiss adalah bank paling stabil dan paling aman di dunia Fakta Ekonomi Swiss berada di urutan ke-2 sebagai negara dengan kebebasan ekonomi di dunia Swiss di urutan ke-1 dari 45 negara Eropa Kontribusi Swiss pada sektor ekspor-impor merupakan salah satu yang paling tinggi di dunia Fakta Geografis Swiss memiliki luas km persegi Swiss merupakan negara yang dihiasi pegunungan. Salah satunya adalah gunung Alpen yang terkenal Swiss memiliki danau Letak Astronomis 45°LU – 48° LU dan 5°BT – 11°BT Fakta Pendidikan Swiss memiliki sistem wajib sekolah 11 tahun Swiss memiliki rate masyarakat pemegang gelar doktoral tertinggi di dunia WEF melansir, Swiss berada di urutan ke-3 sebagai negara dengan kualitas pendidikan terbaik di dunia 10 kampus Swiss berhasil masuk daftar kampus terbaik di dunia Swiss mengalokasikan GDP untuk pendidikan Biaya hidup di Swiss adalah CHF 1,000 - 1,500 per month Biaya kuliah di Swiss adalah EUR 400 – 3,700 per year Book an online consultation to study in Swiss! Have a chat with our Swiss Counselling Expert to clear all your doubts. Click here
pengalaman kuliah di swiss